Sistem imun adalah mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi melindungi manusia dari serangan mikroorganisme berbahaya seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Selain itu, sistem imun juga berperan dalam mengenali serta menghancurkan sel abnormal, misalnya sel kanker. Namun, tidak jarang sistem imun mengalami gangguan, baik karena faktor genetik, lingkungan, gaya hidup, maupun penyakit tertentu. Gangguan sistem imun dapat menyebabkan tubuh terlalu lemah dalam melawan infeksi, atau justru menjadi hiperaktif dan menyerang sel-sel sehat tubuh sendiri.
Artikel ini akan membahas secara menyeluruh mengenai apa itu gangguan sistem imun, jenis-jenisnya, faktor risiko, gejala, diagnosis, serta upaya pencegahan dan penanganannya.
Apa Itu Gangguan Sistem Imun?
Gangguan sistem imun adalah kondisi ketika sistem pertahanan tubuh tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gangguan ini bisa berupa:
-
Sistem imun terlalu lemah (imunodefisiensi) → tubuh mudah terserang infeksi.
-
Sistem imun terlalu aktif (hipersensitivitas) → reaksi berlebihan terhadap zat asing yang sebetulnya tidak berbahaya.
-
Sistem imun menyerang diri sendiri (autoimun) → sel-sel imun keliru mengenali jaringan tubuh sebagai ancaman.
Ketiga kondisi tersebut menimbulkan dampak yang berbeda, namun sama-sama berbahaya bagi kesehatan bila tidak ditangani.
Fungsi dan Mekanisme Sistem Imun
Untuk memahami gangguannya, penting mengetahui bagaimana sistem imun bekerja. Secara garis besar, sistem imun terbagi menjadi dua:
-
Sistem imun bawaan (innate immunity)
Pertahanan pertama tubuh yang bekerja cepat namun tidak spesifik. Contohnya: kulit, lendir, asam lambung, fagosit (sel pemakan kuman), dan sel natural killer. -
Sistem imun adaptif (adaptive immunity)
Pertahanan yang lebih lambat namun spesifik terhadap patogen tertentu. Melibatkan limfosit B (penghasil antibodi) dan limfosit T (pembunuh sel terinfeksi).
Ketika mikroba masuk ke tubuh, sistem imun bawaan akan mencoba menghancurkannya. Jika tidak berhasil, sistem imun adaptif akan diaktifkan untuk menyerang lebih terarah. Gangguan di salah satu atau kedua bagian ini dapat menimbulkan penyakit.
Jenis-Jenis Gangguan Sistem Imun
1. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah kondisi ketika sistem imun terlalu lemah sehingga tubuh tidak mampu melawan infeksi dengan baik. Ada dua bentuk utama:
-
Imunodefisiensi primer → bawaan sejak lahir akibat kelainan genetik. Misalnya Severe Combined Immunodeficiency (SCID).
-
Imunodefisiensi sekunder → muncul akibat faktor eksternal, seperti HIV/AIDS, malnutrisi, penggunaan obat imunosupresif, atau kanker.
Contoh penyakit imunodefisiensi:
-
HIV/AIDS
-
SCID
-
Wiskott-Aldrich syndrome
-
Defisiensi IgA
2. Autoimun
Pada penyakit autoimun, sistem imun keliru mengenali jaringan tubuh sebagai ancaman, lalu menyerangnya. Hal ini menimbulkan peradangan kronis dan kerusakan organ.
Contoh penyakit autoimun:
-
Lupus eritematosus sistemik
-
Rheumatoid arthritis
-
Diabetes melitus tipe 1
-
Multiple sclerosis
-
Psoriasis
3. Hipersensitivitas (Alergi)
Reaksi imun berlebihan terhadap zat asing yang sebetulnya tidak berbahaya (misalnya serbuk sari, makanan, debu, bulu hewan).
Jenis hipersensitivitas:
-
Tipe I: reaksi cepat (alergi makanan, asma, anafilaksis).
-
Tipe II: reaksi sitotoksik (penyakit hemolitik).
-
Tipe III: kompleks imun (lupus).
-
Tipe IV: reaksi lambat (dermatitis kontak).
Penyebab dan Faktor Risiko
Gangguan sistem imun tidak muncul begitu saja. Ada berbagai faktor penyebab, antara lain:
-
Genetik → mutasi gen tertentu yang memengaruhi produksi sel imun atau antibodi.
-
Infeksi → virus tertentu seperti HIV dapat merusak sel T CD4.
-
Lingkungan → paparan polusi, bahan kimia, radiasi.
-
Gizi buruk → kekurangan vitamin dan mineral melemahkan imunitas.
-
Stres dan kelelahan → mengganggu keseimbangan hormon yang memengaruhi sistem imun.
-
Obat-obatan → kortikosteroid, obat kemoterapi, dan imunosupresif dapat menekan sistem imun.
-
Gaya hidup → merokok, konsumsi alkohol, kurang tidur, dan kurang olahraga.
Gejala Gangguan Sistem Imun
Tanda dan gejala bervariasi tergantung jenis gangguannya, namun beberapa yang umum antara lain:
-
Infeksi berulang (flu, pneumonia, infeksi kulit, jamur)
-
Luka sulit sembuh
-
Mudah lelah dan lemas
-
Peradangan kronis (nyeri sendi, ruam kulit, bengkak)
-
Reaksi alergi berlebihan (gatal, sesak, anafilaksis)
-
Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
-
Demam berkepanjangan
-
Masalah pencernaan (diare kronis, perut kembung)
Pada penyakit autoimun, gejala bisa sangat spesifik, misalnya nyeri sendi pada rheumatoid arthritis atau lesi kulit pada lupus.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis gangguan sistem imun, dokter biasanya melakukan:
-
Anamnesis → riwayat infeksi berulang, alergi, atau gejala autoimun.
-
Pemeriksaan fisik → tanda peradangan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening.
-
Pemeriksaan laboratorium:
-
Hitung jumlah sel darah putih
-
Kadar imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgE)
-
Uji antibodi spesifik
-
Tes fungsi sel T dan B
-
-
Pemeriksaan penunjang:
-
Biopsi jaringan
-
Pencitraan (MRI, CT scan) bila dicurigai kerusakan organ
-
Dampak Gangguan Sistem Imun
Gangguan sistem imun yang tidak ditangani dapat menimbulkan dampak serius:
-
Infeksi berat → pneumonia, sepsis, meningitis.
-
Kerusakan organ kronis → ginjal, hati, sendi, sistem saraf.
-
Meningkatkan risiko kanker → karena sistem imun gagal mengenali sel abnormal.
-
Kualitas hidup menurun → kelelahan kronis, keterbatasan aktivitas, ketergantungan obat.
-
Kematian → pada kasus berat seperti anafilaksis atau SCID tanpa terapi.
Penanganan Gangguan Sistem Imun
Penanganan bergantung pada jenis gangguannya, tetapi secara umum mencakup:
1. Terapi Imunodefisiensi
-
Obat antiretroviral (ARV) untuk HIV/AIDS
-
Pemberian imunoglobulin intravena
-
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi berulang
-
Transplantasi sumsum tulang pada kasus SCID
2. Terapi Autoimun
-
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengurangi nyeri dan peradangan
-
Kortikosteroid untuk menekan sistem imun
-
Obat imunosupresif (metotreksat, siklosporin)
-
Biologis (inhibitor TNF-α, interleukin blocker)
3. Terapi Alergi
-
Antihistamin untuk reaksi ringan
-
Kortikosteroid nasal/inhalasi untuk asma atau rhinitis alergi
-
Epinefrin (adrenalin) untuk anafilaksis
-
Imunoterapi alergen (suntikan vaksin alergi)
Pencegahan Gangguan Sistem Imun
Tidak semua gangguan dapat dicegah, tetapi ada langkah-langkah untuk menjaga sistem imun tetap optimal:
-
Pola makan seimbang kaya vitamin (A, C, D, E) dan mineral (zink, selenium).
-
Tidur cukup minimal 7–8 jam per hari.
-
Olahraga teratur 30 menit per hari.
-
Kelola stres melalui meditasi, relaksasi, atau aktivitas positif.
-
Hindari rokok dan alkohol berlebihan.
-
Vaksinasi sesuai jadwal untuk mencegah penyakit infeksi.
-
Menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan, konsumsi makanan higienis.
-
Pemeriksaan kesehatan rutin terutama bila ada riwayat keluarga dengan penyakit autoimun.
Riset dan Perkembangan Terbaru
Dalam dunia medis, penelitian terkait gangguan sistem imun berkembang pesat. Beberapa kemajuan meliputi:
-
Terapi genetik untuk memperbaiki kelainan genetik penyebab imunodefisiensi.
-
Obat biologis baru yang menargetkan molekul spesifik penyebab peradangan pada autoimun.
-
Vaksin HIV dan kanker yang sedang dalam tahap uji klinis.
-
Probiotik dan mikrobioma usus sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan keseimbangan sistem imun.
Perkembangan ini memberikan harapan baru bagi pasien dengan gangguan sistem imun yang sebelumnya sulit ditangani.
Gangguan sistem imun merupakan kondisi kompleks yang dapat muncul dalam berbagai bentuk: imunodefisiensi, autoimun, maupun hipersensitivitas. Penyebabnya bisa berasal dari faktor genetik, lingkungan, infeksi, hingga gaya hidup. Gejala yang ditimbulkan bervariasi, mulai dari infeksi berulang hingga peradangan kronis.
Diagnosis yang tepat serta terapi yang sesuai sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Selain itu, menjaga gaya hidup sehat, nutrisi seimbang, manajemen stres, dan vaksinasi adalah langkah penting dalam pencegahan.
Seiring perkembangan ilmu kedokteran, diharapkan penanganan gangguan sistem imun semakin efektif sehingga penderita dapat menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik.